Mimpi Muluk Hanya Untuk Orang yang Pesimis

estupitarto.com- Banyak diantara kita yang merasakan gamang akan sebuah impian, bahkan kadang sering muncul kata-kata negatif seperti terlalu muluk, mustahil, nggak realistis dan lain sebagainya. Afirmasi negatif tersebut merupakan kata-kata yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang pesimis. Ia selalu memandang setiap mimpi tersebut sebagi hal yang tak bisa terwujud padahal berusaha pun belum.

Sebut saja namanya Gigih seorang yang diberikan amanah sebagai penerima tanah wakaf  seorang warga di tempat tinggalnya. Tanah wakaf tersebut digunakan untuk pembangunan mushola. Sebagai orang yang diberikan amanah maka ia pun bertekad untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Pekerjaannya sebagai seorang arsitek ia amalkan dengan cara membuat desain bangunan mushola. Beberapa hari ia luangkan waktu di sela-sela pekerjaan utamanya untuk membuat desain di depan laptopnya. Akhirnya rancangan desain itu pun jadi plus perhitungan kisaran biaya pembangunannya.  Desain bangunan mushola yang dibuatnya dirancang dengan bentuk bangunan dua lantai. Rancangan ini dibuat dengan sebuah harapan dan mimpi bahwa kelak mushola ini dapat menampung jumlah jamaah di sekitarnya serta pusat kegiatan pendidikan agama bagi putra-putri warga sekitar.

Tiba saatnya mengumpulkan warga untuk memusyawarahkan perihal mushola tersebut. Semua warga berkumpul di balai dusun. Pada pertemuan tersebut, Gigih mempresentasikan rancangan bangunan yang ia susun dengan segala fungsi dan alasan bentuk tiap bagian mushola. Tanggapan tiap warga berbeda-beda, ada yang hanya diam saja dan ada pula tangapan nyinyir keluar dari beberapa warga, "Ah, kita mana mungkin bias membuat mushola yang tampak begitu megah tersebut. Sudahlah, nggak usah muluk-muluk".

Sobat, cerita di atas mungkin bisa saja terjadi di berbagai situasi saat kita menyampaikan ide dan mimpi kita. Banyak diantara kita yang merasakan gamang akan sebuah impian, bahkan kadang sering muncul kata-kata negatif seperti terlalu muluk, mustahil, nggak realistis dan lain sebagainya. Afirmasi negatif tersebut merupakan kata-kata yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang pesimis. Ia selalu memandang setiap mimpi tersebut sebagi hal yang tak bisa terwujud padahal berusaha pun belum. Ketika afirmasi negative ini selalu mengiringi setiap langkah usaha ini maka tak pelak di akhirnya hasil kadang tak akan sesuai dengan impian. Banyak diantara kita seringkali membatasi kemampuan kita dengan afirmasi-afirmasi negative.

Belajar dari peristiwa perang Badar pada zaman Rasulullah Muhammad SAW, ketika itu kaum muslimin harus berhadapan dengan pasukan kafir Quraisy yang memiliki jumlah lebih banyak dibandigkan dengan pasukan muslim. Para sahabat bertanya kepada Muhammad, apakah mereka mampu menghadapi perang ini sedangkan jumlah kalah banyak. Begitu hebatnya seorang Muhammad yang mampu memberikan keyakinan bahwa tidak ada sesuatu yang tak dapat terjadi jika Allah menjadi penolong. Dengan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lebih hebat memihak pada pasukan ini, perang Badar pun dimenangkan oleh pasukan muslim.

Setiap orang memiliki hak mewujudkan impian, cita-cita dan hajatnya. Berpikir optimis disertai dengan kekuatan doa kepada Tuhan dan kesungguhan usaha menjadi bahan bakar bagi kita untuk melangkah menggapai mimpi. Berdoa semoga rencana atau pun mimpi ini sesuai dengan rencana Tuhan dan senantiasa kita harapkan petunjuk dari-Nya dalam setiap usaha yang kita lakukan. Dengan demikian akan ada keikhlasan hati ketika bertindak dan menerima apapun setiap hasil pada akhirnya nanti. Semoga bermanfaat.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Mantab...
    Sedikit urun rembug, semoga bermanfaat :

    Yang dilakukan GIGIH terhadap impiannya sudah tepat. Termasuk musyawarah dan melibatkan warga untuk mewujudkan BIG DREAM nya. Karena Gigih yakin, tidak bisa melakukannya sendiri. Kalau bisa, pasti dia tidak mengumpulkan warga untuk bermusyawarah.

    Nah disinilah menurut saya perbedaan BIG DREAM individu dan BIG DREAM melibatkan jamaah (orang banyak).
    Big Dream Individu, pemahaman dan eksekusi mewujudkannya lebih mudah jika dibandingkan dengan Big Dream Jamaah. Semakin lemah energi yang punya ide Big Dream Jamaah, maka semakin lemah pula mewujudkannya. Bisa jadi, Allah SWT sengaja menguji BIG DREAM Gigih dengan pendapat warga yang kurang setuju. Karena disitulah tantangan awalnya. Apakah gigih serius dengan Big Dream nya atau hanya "sekedar" Impian.
    Jika Gigih serius, harusnya saat ini beliau tetap full power membawa IMPIANNYA bersama warga walau dengan "sedikit modifikasi" dari Allah SWT.

    Sebagai contoh : Ada seorang anak dari keluarga penambal ban punya impian jadi dokter. Sebenarnya Orang Tuanya setuju saja, namun orang tuanya sadar, biayanya tidak sedikit dan bahkan tidak mungkin. Karena harusnya, si anak dikuliahkan di kedokteran. Akhirnya karena keterbatasannya, si anak tidak dikuliahkan dan harus membantu orang tuanya menambal ban. Apa yang terjadi. Karena si anak SERIUS dalam BIG DREAMnya, maka dia tetap tekun belajar setiap saat di sela2 menunggu orang yang akan menambal ban. Suatu ketika ada konsumennya yang melihat ketekunan si anak tersebut dan kemudian memberikan bea siswa untuk kuliah kedokteran secara GRATIS.

    Apa yang akan terjadi, jika si anak tersebut tetap memaksakan diri untuk minta kuliah di kedokteran ?
    Apa yang akan terjadi, jika si anak berhenti belajar karena tidak bisa kuliah di kedokteran ?
    Inilah KUASA ALLAH SWT, yang bisa mewujudkan IMPIAN seseorang melalui jalan apapun. Dengan catatan TAAT, SERIUS, TEKUN dan PANTANG MENYERAH.

    Kembali ke topik :
    Menurut saya, pendapat warga hanya ujian awal dari si GIGIH.
    Saya Yakin, akan ada ujian-ujian lain dari Allah SWT untuk Impian itu.
    Karena untuk mencapai BIG DREAM, harus dengan Ketaatan yang besar, Kesabaran yang besar dan Eksekusi yang besar.

    Kesimpulannya menurut saya : Warga tidak pesimis dengan big dream Gigih. Allah SWT, hanya meminjam warga untuk menguji BIG DREAM GIGIH.

    Sekian, mohon maaf apabila kurang berkenan dan semoga bermanfaat buat perenungan.

    BalasHapus