Berkata baik atau hendaklah diam, Diam itu emas dan berkata baik itu berlian. Alangkah indahnya cincin emas bermahkotakan berlian. Tetapi di era teknologi ini ternyata tidak selamanya diam itu emas, kenapa?
Socialmedia merupakan fenomena sebagai hasil cipta rasa karsa manusia abad ini. Hasil dari itu adalah rangkaian kata-kata berupa abjad-abjad yang menjadi manifestasi visual komunikasi anak manusia. Jika paradigma selama ini berkata mulut menjadi perwakilan manusia dalam berkata-kata tetapi saat ini paradigma tersebut telah beralih. Mulut tak hanya satu-satunya perwakilan komunikasi anak manusia tetapi jari jemaripun ini mendapat tempat istimewa sebagai agen yang mewakili manusia berkomunikasi melalui tuts keyboard sebagai landasan menemukan rangkaian kata dan kalimat.
Mulut sejenak beristirahat manakala setiap jemari yang bekerja menemukan kata. Mulut terdiam, diamnya bisa jadi emas tetapi tidak selamanya begitu. Ya, diam tak berarti emas sebab rangkaian kata yang muncul dalam visual layar terbaca sebagai sumpah serapah, caci maki, hujatan, olok-olokan yang tajamnya lebih tajam dari pedang sang panglima perang. Emas amatlah berharga tetapi caci maki, olok mengolok, hujat menghujat tidaklah lebih mulia dari seonggok bangkai.
Jari berfungsi layaknya lidah.
Berkenaan dengan lidah, saya teringat sebuah hadits dari Abu Hurairah ra bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda:"Ada hamba yang mengucap satu kalimat tanpa ia pikir panjang tentang (baik-buruknya), kalimat itu yang menyebabkan ia tergelincir ke dalam neraka, yang lebih jauh daripada antara timur dan barat". Oleh karena itu jika jari ini layaknya lidah dalam hal alat untuk berkomunikasi, selayaknyalah kita pikir terlebih dahulu tentang baik dan buruknya. Karena bisa jadi tanpa kita sadari kalimat yang dihasilkan lewat jemari ini menjadikan Allah murka dan memasukkan kita ke dalam neraka.
Bagi orang yang yakin tentu mengimani bahwa setiap diri kita ada malaikat Raqib dan Atid yang akan senantiasa mencatat segala tingkah laku kita hingga pada suatu saat akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Berkenaan dengan lidah, saya teringat sebuah hadits dari Abu Hurairah ra bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda:"Ada hamba yang mengucap satu kalimat tanpa ia pikir panjang tentang (baik-buruknya), kalimat itu yang menyebabkan ia tergelincir ke dalam neraka, yang lebih jauh daripada antara timur dan barat". Oleh karena itu jika jari ini layaknya lidah dalam hal alat untuk berkomunikasi, selayaknyalah kita pikir terlebih dahulu tentang baik dan buruknya. Karena bisa jadi tanpa kita sadari kalimat yang dihasilkan lewat jemari ini menjadikan Allah murka dan memasukkan kita ke dalam neraka.
Bagi orang yang yakin tentu mengimani bahwa setiap diri kita ada malaikat Raqib dan Atid yang akan senantiasa mencatat segala tingkah laku kita hingga pada suatu saat akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang yang beruntung dan ada dalam barisan orang-orang yang sabar. Wallahu'alam bi sawwab.
0 Komentar