Menghitung Nikmat Sebuah Profesi

Dini hari bahkan dapat dikatakan akhir tanggal 2 Mei, sengaja saya menuliskan refleksi ini. Refleksi HARDIKNAS 2014 ini saya beri dengan tajuk "Menghitung Nikmat Sebuah Profesi".
Rekan-rekan sekalian, tahun 2014 ini saya ikut merasakan kegembiraan karena tunjangan profesi guru beberapa telah cair bahkan yang belum cair pada tahun sebelumnya pun akhirnya cair juga. 

Menerima kabar bahwa rekening di tabungan bank telah bertambah memang menjadi kabar paling dinanti. Rezeki yang masuk tersebut adalah sebuah nikmat yang tak lain adalah berasal dari Tuhan melalui perantara pemerintah kepada guru. Bagi sebagian dari kita akan menganggap bahwa sudah sepantasnyalah kita menerima karena pengabdian selama bertahun-tahun yang diberikan, ada pula yang berpikiran bahwa ini adalah rezeki yang tak disangka karena merasa diri belum seberapa lama melakukan pengabdian.

Saudaraku, jika kita merunut pada apa yang telah kita dapatkan seringkali kita lupa meskipun sesaat bahwa ada banyak rekan kita yang tidak/ belum memperoleh kesempatan sepertii halnya dengan kita. Maka kiranya tak elok jika kita lantas jumawa atas nikmat ini karena sesungguhnya segala sesuatu akan dimintakan pertanggungjawabannya. Kepada rekanku yang belum / tidak memperoleh kesempatan tersebut, jangan berkecil hati. Tetaplah semangat karena tiada satu pun yang luput dari catatan Tuhan tentang apa saja amal yang kita lakukan. Teruslah berkarya dengan kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Yakinlah bahwa pasti ada kebaikan pada ini semua. Inna lillahi wa innaa ilaihi raji'un. Sesungguhnya semua datangnya dari Allah dan akan kembali pula kepada-Nya.Jangan satu hal kecil ini menimbulkan perpecahan dan jurang diantara kita. Hal remeh yang bisa meruntuhkan semua amal kita selama ini.

Ya, ini benar saudaraku. Dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda bahwa Tidak akan beranjak kedua kaki anak Adam pada hari kiamat, sehingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan. Tentang ilmunya, untuk apa ia gunakan. Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan. Dan tentang jasadnya untuk apa ia gunakan.

Saudaraku, memang nikmat dari Tuhan sungguh begitu banyak hingga kita tak mampu menghitungnya. Meskipun begitu tak pula hal ini membuat kita lalai untuk merefleksi diri tentang apa dan bagaimana hidup kita. Oleh karena itu saudaraku, pada HARDIKNAS 2014 ini mari kita bersama-sama merenungkan sabda Rasul tersebut. Insya Allah, semua berharap agar tahun yang akan datang kita benar-benar dapat mempertanggungjawabkan tentang apa-apa yang kita dapatkan dan apa-apa yang kita lakukan sebagai seorang guru sebagai bekal atas jawaban yang akan kita berikan kepada Tuhan, kelak pada hari pembalasan.
Tetap Semangat dan Terus Berkarya

Posting Komentar

0 Komentar