Paradigma Menulis
Banyak anak mengatakan bahwa menulis adalah pelajaran yang sulit. Berdasarkan pengamatan saya selama mengajar di kelas, pelajaran menulis adalah salahsatu materi yang paling ditakuti setelah berhitung. Jika guru sudah mengeluarkan perintah untuk membuat sebuah prosa, pada umumnya siswa serempak menyatakan keberatannya dengan berbagai ekspresi. Lima hingga sepuluh menit berlalu, jangankan berlembar-lembar kertas telah mereka habiskan untuk menuliskan isi otak, satupun tidak.
Kertas masih saja terlihat putih. Jika sebuah judul telah terpampang di bagian atas, itu pun sudah menjadi hasil yang lumayan.Kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Ada beberapa hal yang patut kita renungkan sebagai evaluasi pembelajaran menulis pada pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hernowo mengatakan bahwa baca-tulis adalah satu paket yang memiliki korelasi yang saling melengkapi. Minat baca yang kurang pada diri anak merupakan hambatan bagi mereka dalam menuangkan idenya. Pendapat ini ada benarnya karena dengan frekwensi membaca yang banyak anak dapat menemukan dan memperkaya kosakata. Otak mereka sudah terbiasa dengan rangkaian kata-kata dan kalimat. Namun sejauh pengamatan penulis, ada beberapa anak yang menyukai segala macam bacaan. Namun ketika dihadapkan pada pekerjaan menulis, mereka mengalami kesulitan dan enggan melakukannya. Hal inilah yang menjadi perhatian bagi saya untuk mengungkapkan lebih mendalam tentang hambatan menulis bagi siswa terutama usia di bawah duabelas tahun.Banyak anak mengatakan bahwa menulis adalah pelajaran yang sulit. Berdasarkan pengamatan saya selama mengajar di kelas, pelajaran menulis adalah salahsatu materi yang paling ditakuti setelah berhitung. Jika guru sudah mengeluarkan perintah untuk membuat sebuah prosa, pada umumnya siswa serempak menyatakan keberatannya dengan berbagai ekspresi. Lima hingga sepuluh menit berlalu, jangankan berlembar-lembar kertas telah mereka habiskan untuk menuliskan isi otak, satupun tidak.
Motivasi
Beberapa teman berpendapat dalam milis belajarmenulis.com bahwa mengajarkan teknik-teknik menulis pada anak usia di bawah dua belas tahun bukan langkah efektif untuk mengajarkan menulis pada anak. Pada anak usia ini, hal yang paling mendasar adalah menciptakan habbit ( kebiasaan) menulis pada anak. Untuk menciptakan habbit ini, pemberian motivasi adalah dasar utamanya. AMBAK ( Apa Manfaatnya Bagi Aku ) harus menjadi hal pertama sebelum memulai. Motivasi ini diberikan bisa dari cerita kehidupan para penulis yang sukses meraih buah kerja mereka seperti J.K Rowling, Stephen King, Andrea Hirata, Habiburahman El-Shirazy, N.H Dini bahkan beberapa penulis cilik. Guru bisa memberikan ulasan manfaat yang dapat diperoleh ketika mempelajari materi menulis.
Komunikasi
Kunci untuk membangkitkan minat anak menulis adalah komunikasi. Komunikasi adalah aktifitas menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan menyampaikannya kepada orang lain sehingga mereka dapat memahami dan mengetahui maksud pikiran kita. Menulis merupakan salahsatu bentuk komunikasi yang dilakukan dalam peradaban manusia. Komunikasi yang baik adalah manakala terjalin hubungan timbal balik antara kedua belah pihak. Komunikasi efektif yang dilakukan secara terbuka memungkinkan anak untuk berani menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya. Anak menjadi lebih percaya diri dalam mengarungi segala bidang kehidupannya. Faktor kepercayaan diri inilah yang menjadi kunci utama mengembangkan kemampuan menulis anak.
Suasana keterbukaan ini dimulai dari keluarga. Suasana keterbukaan yang kita ciptakan dalam lingkungan keluarga akan menyebabkan anak bebas menceritakan kejadian yang ia dengar, lihat dan alami. Anak-anak juga manusia. Mereka memiliki sifat dasar untuk merasa dihargai oleh orang lain sebagaimana orang dewasa. Ketika mereka menceritakan pengalaman mereka, berilah respon positif terhadap mereka sekalipun cerita tersebut konyol bagi kita Luangkan waktu kita untuk mendengarkan apa yang mereka sampaikan. Pancing mereka dengan pertanyaan 5W+H, sebagai antusiasme kita mendengarkan cerita. Jika kebiasaan ini terus berlangsung, kita akan lebih mudah membimbing anak menciptakan tulisan mereka secara alami dan mengalir.
Menulis yang Membebaskan
“Aku nulis itu kayak aku ngomong”, kata Aini seorang penulis cilik yang telah menulis buku berjudul Nasi Untuk Kakek yang diterbitkan oleh DAR! Mizan. Aini adalah salahsatu contoh dari sekian banyak karya anak di bawah usia dua belas tahun yang berhasil menulis buku. Tidak sedikit karya anak-anak yang terpampang di rak-rak toko buku. Berdasarkan pengakuan Ibunda Aini dalam bukunya Membaca dan Menulis Seasyik Bermain bahwa ia berusaha tidak ikut campur manakala Aini menulis. Ia membiarkan Aini menulis apa adanya secara lepas, bebas, dan tanpa beban. Imajinasinya benar-benar dimanja. Tidak ada “aturan” yang mengikat anak ketika menulis.
Pada suatu kesempatan saya mengajak anak-anak menulis puisi. Beberapa mengeluh tidak bisa. Sepakat bahwa memilih kata-kata yang indah adalah hambatan bagi mereka. Ketika saya ajak mereka menulis prosa, berkali-kali secara bergiliran anak-anak maju ke depan bertanya tentang apa saja yang dapat mereka lakukan supaya tulisan mereka benar. Saya masih ingat saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika pelajaran menulis berlangsung, Hal pertama yang disampaikan guru saya yakni menulislah dengan ejaan yang benar. Pesan ini terus terngiang-ngiang saat saya mulai menulis. Saya merasa ragu dengan tulisan yang telah tertuang. Keraguan ini muncul karena ketakutan salah menulis ejaan yang benar. Hasilnya tak satupun tulisan berhasil saya torehkan dalam kertas. Keadaan ini ternyata masih berlanjut hingga kini. Banyak guru yang meminta siswa menulis dengan terlebih dahulu menyampaikan aturan-aturan yang baku seperti ejaan harus tepat, batas minimal tulisan, tidak boleh ini, tidak boleh itu dan lain sebagainya. Belenggu-belenggu inilah yang harus kita sisihkan. Paling tidak guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan apa saja yang ada dalam pikiran mereka. Perkara benar atau tidak dengan ejaan yang disempurnakan dapat dilakukan saat editing. Tanamkan kepada anak bahwa salah itu bukan suatu kegagalan, melainkan suatu langkah untuk mencapai tujuan. Dengan cara seperti ini anak dapat bebas menulis secara alami dan mengalir.
0 Komentar